Kerangka Refleksi : Organisasi sama Halnya seperti Tubuhku Sendiri.



Oleh: Sigit Siswomiharjo

Halo pembaca yang budiman selamat membaca tulisan ini, anda adalah  orang yang  terpilih menjadi seorang pembaca. Mungkin anda saat ini merasa heran, ya itu jelas saja. Tapi anda istimewa karena telah menjadi seorang pembaca maka dari itu lanjutkan lah untuk membaca.


 Di sini kita berbicara persoalan organisasi, dengan pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan organisasi. Apa itu organisasi, tujuan organisasi, sejarah Terbentuknya organisasi, jenis kegiatan yang ada di organisasi dan terakhir kepelikan permasalahan yang terdapat di organisasi. Baik, sebelum lebih jauh kita membicarakan organisasi alangkah eloknya kita merenung sejenak. Sebenarnya buat apa sih mahasiswa harus berorganisasi?. Apakah hanya ingin tau organisasi, apakah hanya ingin cari teman, apakah hanya ingin berenang-senang atau mencari pacar segala macam. Jawabannya tentu tidak semuanya, jika seseorang masuk sebuah organisasi hanya karena dia ingin bersenang-senang maka tidak ada yang menarik dari tujuannya tersebut dan ini hanya pola pikir yang kerdil yang hanya ingin mementingkan kesenangan pribadi. Jika saat ini anda sudah menjadi bagian dari organisasi yang anda geluti lantas apa sebenarnya tujuan anda ingin bergabung kedalam sebuah organisasi? Tentunya saya di sini tidak bisa menghakimi pikiran dan keinginan anda sendiri. Hanya andalah yang bisa menjawab semua pertanyaan itu, karena hati anda lebih jujur pada diri anda sendiri. Ambillah ruang sejenak untuk merenung beberapa detik dan pikirkanlah jawabannya. Jika sudah anda temukan jawabannya maka lanjutkan lah membaca. Jika belum, mungkin sehabis membaca tulisan ini anda dapat menemukan jawabannya.


Organisasi jika dianalogikan dengan cara sederhana maka tak ubah dari seorang manusia. Organ tubuh yang ada pada diri manusia itu sama halnya dengan sebuah sistem yang ada di dalam organisasi. Manusia mempunyai kepala yang membungkus otak sebagai alat pengendali organ tubuh. Yang memerintah, yang mencerna, yang mempertimbangkan baik dan buruk. Itulah fungsinya ketua jika didalam dunia organisasi. Selain itu manusia juga punya hati nurani sebagai alat perasa, pemberi keindahan. Manusia mempunyai kaki dan tangan untuk bergerak, berjalan, dan merasakan. Yang jika di asosiasikan kedalam dunia organisasi sama halnya dengan keanggotaan dalam organisasi yang berfungsi sepenuhnya mendukung ketua organisasi. Dalam hal ini saya tidak ingin mengatakan bahwa ada hubungan parsial di antara struktur organisasi ini tadi, meraka tidak berjalan sendiri-sendiri melainkan bergerak berama dan saling bersimbiosis antara satu dan yang lain. Kepala tanpa adanya kaki dan tangan maka seseorang tidak bisa berjalan. Adanya kaki dan tangan saja tanpa kepala maka orang itu mati. Bagitulah organisasi, semua organ harus berfungsi aktif dan saling bahu membahu untuk menjalankan roda perputaran organisasi. Kesadaran seperti ini memang seharusnya sudah tertanam didalam diri individu yang tergabung kedalam organisasi. Bukan hanya sebagian tapi seluruhnya. Seseorang akan berjalan pincang apabila salah satu dari kakinya tidak sehat, begitupula dalam dunia organisasi. Dan kesadaran atau pola pikir seperti ini harus dimulai dari diri sendiri, kita tidak bisa memaksakan teman kita sebelum kita sendirilah  memulainya terlebih dahulu.


Setelah sistem ini sudah berfungsi aktif dan memcapai visi atau kesadaran bersama barulah kita bersama-sama membahas tujuan dasar sebuah organisasi. Kita tau bahwa setiap perkumpulan-perkumpulan besar itu pasti memiliki tujuan tertentu yang menjurus kepada cita-cita, keinginan dan kesepakatan bersama. 


Orgnasisa sejatinya didirikan bukan tanpa sebab, melainkan ada tujuan dan cita-cita bersama untuk memberikan sumbangsih besar terhadap bangsa ini. sebagai mana dulu sosok minke dalam novel pramodya ananta toer yang berjudul jejek langkah telah mengupayakan sebuah organisasi, dalam mengafiliasi para pedagang untuk tujuan menstabilitaskan roda perekonomian, membela orang-orang yang terampas haknya, menjadi pelindung nasib para petani . Organisasi tersebut dikenal dengan S. D. I (Syarikat Dagang Islamiyah) didirikan pada tahun 1900-an. Selain itu, yang tidak bisa kita lewatkan dari betapa penting dan berharganya organisasi adalah bahwa  Organisasi merupakan salah satu wadah, salah satu upaya besar untuk membebaskan bangsa ini dari penjajahan. Tanpa kesamaan visi dan rasa pertanggung jawaban sebagai bagian dari  anggota kenegaraan Republik Indonesia maka bangsa yang besar ini tidak akan pernah merdeka. Indonesia dalam skala besar juga termasuk organisasi. Atas nama Indonesia kita di persatukan, atas nama Indonesia kita di anggap saudara setanah air. Itulah kekuatan organisasi. Namun sekarang apa yang semestinya kita upayakan untuk organisasi, kita sebagai orang-orang organisatoris tentunya tidak hanya diam dan berpangku tangan. Sudah sepatutnya kita sebagai aktivis memikirkan, menggagas dan memberikan   sumbangsih terhadap kemaslahatan orang banyak, walaupun itu hanya di lingkup sosial yang paling kecil seperti desa. Organisasi seharus juga bukan sebuah perkumpulan orang banyak yang terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Organisasi harus melebur kedalam setiap sudut kehidupan  masyarakat. Jangan jadi organisasi yang elit dan glamour dalam segi kehidupan, tapi jadilah orgniasi yang elit secara intlektual namun tetap membumi. Jadi seorang organisatoris yang peduli kepada masyarakat sekitar, karena pada dasarnya keberhasilan sebuah organisasi  itu dapat dilihat dari perubahan di lingkungan sekitarnya, biarpun hanya perubahan kecil-kecilan yang mencakup perubahan cara pandang, perubahan ekonomi, sosial politik di sekitar organisasi tersebut berkembang. Pokok yang harus di perhatikan dalam berorganisasi adalah organisasi tempat belajar, Organisasi tempat mengembangkan kreatifitas seseorang, organisasi adalah tempat berkumpul yang mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Organisasi harus melebur kedalam kehidupan masyarakat. Dalami sudut kehidupan mereka, cari tau kegelisahan mereka, apa yang mereka alami. Bantu mereka untuk mengucapkan kehendaknya. Itulah bentuk kontribusi yang harus di berikan organisasi.


Berbicara organisasi tentunya tidak terlepas dari tantangan dan hambatan yang harus di hadapi, ada faktor tertentu yang mengakibatkan organisisi itu sendiri mandek di tengah jalan. Jika di petakan, ada dua faktor yang menghambat jalannya organisasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal( faktor dari dalam dan dari luar) faktor internel tak lain yaitu diri kita sendiri, kurang kesadaran dalam berorganisi, kurang rasa memiliki terhadap organisasi. Kita masuk kedalam sebuah organisasi juga harus punya bekal. Terutama bekal kesadaran betapa pentingnya berorganisasi. Pramodya ananta toer menulis singkat dalam tetraloginya “didiklah rakyat dengan organisasi, didiklah pemerintah dengan perlawanan” disini kita tau betapa organisasi memainkan peran terhadap pasang surut bangsa ini. Selain bekal kesadaran sebagai seorang organisatoris harus punya bekal kedewasaa, mental yang kuat menghadapi segala problem yang terjadi di organisasi. Jangan hanya memikirkan kehendak dan kesenangannya sendiri. Letakkan lah egomu di atas kakimu lalu injak-injaklah. Selanjutnya kita akan berbicara soal hambatan eksternal, kenapa hambatan ini saya letakkan di paling akhir, karena pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Seperti lingkungan yang kurang mendukung, pengaruh teman, dampak media sosial itu hanya pengaruh kecil-kecilan saja yang tidak terlalu berdampak terhadap orgniasi. Itu adalah masalah yang di buat-buat dan di jadikan alasan pribadi. Problem itu bisa diselasaikan dengan cara pribadi. Kita sebagai individu mempunyai kendali atas diri kita sendiri. Kita bisa memilah dan memilih mana yang yang harus di prioritaskan terlebih dahulu.  Jawabannya tinggal kembali kepada diri kita sendiri. Berorganisasi itu adalah komitmen, sedari awal kita sudah masuk kedalamnya, lalu mengenalnya apakah harus di tinggalkan dan di kecewakan. Jawabannya tentu tidak bukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curahan Hati Untuk Nahkoda Baru PMII UNZAH Genggong Probolinggo

Ruang Riung Mahasiswa pada Tempat Terbuka

PMII DAN KEPAKARAN KEILMUANNYA