Riak-Riak Kerinduan Suasana Ruang Kelas di Tengah Pandemi



Oleh: Sigit

Beberapa bulan terakhir, seluruh dunia di gemparkan dengan adanya wabah yang sangat mengerikan. Wabah tersebut disebut dengan virus corona(covid-19). Virus ini berasal dari wuhan, salah satu kota di china yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk negara Indonesia. Semua sektor menjadi dampak dari wabah tersebut, mulai dari sektor ekonomi, kesehatan dan juga pendidikan. Semua aktivitas di batasi guna untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19, bahkan kota-kota yang dikategorikan kedalam zona merah di haruskan untuk melakukan lock down. 

Mengingat hal tersebut, kemendikbud menginstruksikan kepada segenap lembaga pendidikan yang ada di Indonesia untuk menerapkan sistem pembelajaran online,  untuk mengantisipasi dan memutus mata rantai penyebaran covid-19.  

Sistem pembelajaran online adalah sebuah formula atau metode yang di terapkan dalam perkuliahan yang menggunakan seperangkat teknologi komunikasi. Pembelajaran online bisa menggunakan aplikasi zoom, atau bisa juga via WhatsApp yang dimana dosen dan mahasiswa membuat group diskusi berdasarkan Makul (mata kuliah) masing-masing dosen pembimbing. 

Numun, dalam perjalanannya sistem pembelajaran online ini masih terdapat berbagai hambatan dan kendala tertentu. Di Probolinggo khususnya di Universitas Islam Zainul Hasan (UNZAH) Genggong, masih banyak mahasiswa yang mengeluhkan sistem pembelajaran online tersebut. Diantara hambatan yang paling mendasar iyalah, sulitnya sinyal di daerah-daerah tertentu, seperti daerah krucil, bremi dan daerah-daerah kecamatan pajarakan kearah selatan. Adapun di antara mahasiswa yang lain mengeluhkan bahwa pembelajaran online terasa membosankan dan kurang efektif. Beberapa kasus yang terjadi yakni sejumlah mahasiswa merasa terbebani yang di sebabkan oleh banyaknya tugas yang harus di kerjakan oleh mahasiswa. Setiap kali mahasiswa masuk kelas mereka hanya di beri tugas yang menumpuk. hal Ini menimbulkan gangguan psikis tersendiri bagi mereka. Beraktifitas dirumah saja (menurut mereka) sudah membuat mereka merasa  bosan, apalagi di tambah beban  tugas yang kian  menumpuk.  

Akan tetapi, dengan adanya pembelajaran yang bersifat online masih berhadapan dengan banyak masalah seperti diatas, diantaranya adalah keresahan mahasiswa dan dosen karena tidak terbiasa atau bahkan kurang siap menjalani polarisasi pembelajaran online. Selain itu,  adanya aspirasi mahasiswa untuk kembali belajar di kelas. Maka dari itu diantara beberapa fakultas dan Prodi Universitas Islam Zainul Hasan (Genggong) telah mencoba menerapkan kuliah secara tatap muka seperti biasa, meskipun belum terlalu maksimal. Kuliah tersebut berawal dari perundingan/musyawarah bersama diantara dosen dan mahasiswa yang menghasilkan kesepakatan bersama untuk menerapkan kuliah  secara tatap muka, minimal   satu minggu satu kali dan dengan standar protokol kesehatan guna untuk mengantisipasi penyebaran covid-19.  

· Problematika kebijakan pemerintah di sektor ekonomi dan pendidikan di tengah-tengah  pandemi. 

Tidak hanya sektor pendidikan yang menjadi dampak covid-19, namun sektor ekonomi juga terkena imbasnya. Akibat dari pembatasan pisik per orangan, roda perputaran ekonomi seakan-akan terhenti. Hal ini memang anjuran dari pemerintah. Agar setiap orang membatasi kontak fisik secara langsung kepada orang lain. Beberapa pasar, mall dan tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan orang banyak sempat di tutup. Namun, seiring berjalannya waktu sistem yang di gunakan untuk mengatasi covid-19 tersebut berubah-ubah. Di mulai dari lock down di kota-kota yang dikategorikan dalam zona merah, selanjutnya di ganti dengan psbb, sampai sekarang yakni New normal atau pola hidup baru, dengan kata lain. Aktivitas berjalan seperti biasa akan tetapi harus mematuhi protokol kesehatan.  

Penerapan sistem New normal bukan tanpa syarat, ada hal yang melatar- belakanginya. Jika roda perekonomian di sebuah negara tidak berjalan, maka suatu negara harus menerima konsekuensi dari hal tersebut dan harus memilih antara meninggal di sebebkan oleh virus corona atau meninggal karena kelaparan. Maka dari itu pemerintah membuat kebijakan untuk mengatasi hal ini, yakni dengan merealisasikan sekaligus mensosialisaikan pola hidup baru atau New normal dengan standar protokol kesehatan. 

Pasar-pasar, mall, tempat wisata dan tempat-tempat lain yang mendorong roda perekonomian kembali di buka. Semua ini di lakukan untuk men-stabilkan jalannya roda perekonomian. Namun, apa kabar dengan pendidikan? Apakah sekolah kembali di buka, apakah mahasiswa kembali belajar seperti biasa? Nyatanya tidak, sistem pembelajaran online masih menjadi hidangan bagi sejumlah pelajar dan mahasiswa.  

Mereka (pelajar) dan orang tua sangat berharap agar kelas-kelas kembali di buka seperti biasa, karena sekolah dengan pola belajar online yang mengandalkan teknologi itu tidak sampai ke substansinya. Yang bekerja bukan otak dan keterampilan manusianya, melainkan mesin yang mereka genggam.  Bahkan yang terjadi bahwa sekolah hanya ajang mengisi absen saja. Ketika absensi sudah di isi ruang belajar pun berhenti. Selain daripada itu, banyak orang tua yang resah dan mengeluhkan hal ini. Orang tua mendapat pekerjaan ganda, di satu sisi mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah dan di sisi lain mereka di sibukkan dengan keharusan menjadi guru cadangan di masa pandemi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curahan Hati Untuk Nahkoda Baru PMII UNZAH Genggong Probolinggo

Ruang Riung Mahasiswa pada Tempat Terbuka

PMII DAN KEPAKARAN KEILMUANNYA