Efikasi Diri

Oleh: Sigit Siswomiharjo

Dalam kurun waktu satu hari satu malam,  setiap individu tidak akan pernah terlepas dari satu atau dua pekerjaan bahkan sampai lebih, karena hakikatnya manusia memang dituntut untuk bergerak atau melakukan sesuatu. Entah mulai dari hal-hal sederhana seperti mencuci mobil, menyapu rumah, mengepel lantai, membaca buku dan berolahraga. Bahkan, sampai ke hal-hal-hal besar seperti menulis, bekerja dikantor, membuat tugas perkuliahan, bercocok tanam, dan masih banyak lagi, yang jika semua itu dilakukan cukup menguras waktu dan tenaga. Secara psikologi, awal dari segala sesuatu pekerjaan manusia adalah motivasi. Motivasi adalah keadaan yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya sebuah  tujuan. Keberadaan motivasi dalam diri manusia merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan motivasilah manusia akan bergerak dan bertindak. Coba kita internalisasikan bila tidak ada motivasi di dalam diri seseorang, apakah yang akan terjadi?. Manusia akan cenderung fasif, tidak mempunyai gairah dalam hidup, bahkan naifnya adalah manusia tidak akan mempunyai tujuan dan tidak mempunyai arti dalam sebuah kehidupan. Contohnya; seorang pemuda akan berusaha untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenisnya demi tercapainya sebuah tujuan. Dan seorang hamba yang sholeh akan selalu menjaga dirinya dari segala sesuatu yang akan menjauhkannya dari Tuhannya. Kedua analogi tersebut adalah sebagian  contoh kecil dari motivasi dan tentunya masih banyak lagi contoh lain yang berhubungan langsung dengan kehidupan kita sehari-hari. 

Motivasi terbagi menjadi dua, motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu, artinya seseorang mempunyai inisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu. Elliot dkk. (2000) mendefinisikan motivasi intrinsik adalah dorongan yang ada di dalam diri individu yang mana individu tersebut merasa senang dan mendapatkan kepuasan setelah melakukan serangkaian tugas. Bekerja menurut meraka meruapakan sesuatu yang menyenangkan dan tujuan dari motivasi tersebut adalah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Ia tidak terlalu mengharapkan ganjaran eksternal berupa upah atau hadiah, akan tetapi rewardnya adalah kepuasan di dalam melakukan pekerjaan itu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri individu yang mana seseorang  melakukan sebuah pekerjaan ketika ia mendapatkan  stimulus dari luar, baik itu berupa upah, hadiah, jaminan sebuah jabatan yang lebih tinggi, prestasi, penghargaan dan lain-lain. Seseorang yang sudah terbiasa dengan dorongan yang bersifat eksternal akan lebih cenderung mempunyai motivasi ekstrinsik didalam dirinya. Contohnya; seorang anak akan mau bekerja jika ia mendapatkan upah atau hadiah. Biasanya individu yang berorientasi kepada motivasi ekstrinsik lebih cenderung memilih pekerjaan yang mudah, lebih percaya terhadap gagasan orang lain dari pada inisiatifnya sendiri, selalu melihat sebuah kegagalan dan kesuksesan dengan kriteria eksternal, artinya standar kesuksesan atau pun kegagalan selalu dikaitkan  dengan tolak ukur yang berada diluar dirinya. 

Berbanding terbalik dengan individu yang lebih di dominasi oleh motivasi ekstrinsik, pribadi yang orientasinya  lebih kepada motivasi intrinsik cenderung lebih mandiri, mempunyai inisiatif sendiri, tolak ukur sebuah kesuksesan dan kegagalan berasal dari dirinya sendiri. Artinya mereka yang memiliki motivasi intrinsik tidak mempunyai ketergantungan stimulus yang bersifat eksternal. Yang membuat mereka melakukan suatu pekerjaan adalah dorongan dari dalam dirinya sendiri dan hadiahnya adalah sensasi dan kepuasan dalam melakukan pekerjaan  itu sendiri. 

Beberapa contoh diatas dapat dambil intisarinya yakni aspek yang paling signifikan di dalam motivasi intrinsik adalah enjoyment (kesenangan) dan interest (ketertarikan) untuk melakukan sebuah pekerjaan demi tercapainya tujuan. Adapun faktor pendorong atau stimulus dari motivasi intrinsik yakni; pertama. Prestasi, kebutuhan berprestasi adalah keinginan manusia untuk melakukan tugas dan usaha untuk menghadapi lawan dan tantangan. Kedua, pengakuan. Pengakuan adalah keinginan manusia untuk diakui secara sosial dan keinginan untuk terampil, sementara reputasi adalah penghargaan orang lain terhadap individu mengenai kecakapannya. Ketiga, pekerjaan itu sendiri. Seseorang suka mengerjakan suatu pekerjaan karena pekerjaan itu sendiri. Individu senang melakukan pekerjaan itu sendiri karena di dasarkan oleh minat dan bakat yang ada. Keempat. Tanggung jawab, adalah keinginan manusia untuk melakukan tugas dengan baik dan memadai. Hal ini berarti seorang individu mempunyai keinginan untuk melakukan tugas dengan tanggung jawab yang baik. Kelima. Perkembangan, sejalan dengan kemajuan, perkembangan mempunyai dimensi yang banyak dan jangkauan yang lebih luas. Kemajuan tidak hanya dibidang kerja tetapi meluas ke bidang kehidupan. Prestasi kerja dan pekerjaan akan mendorong seseorang untuk mengembangkan diri pada segi kehidupan yang lain seperti bersosialisasi, mengembangkan bakat dan menambah pengetahuan dan wawasan. Dari bebarapa faktor diatas dapat di simpulkan bahwa yang memengaruhi motivasi intrinsik yakni prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan perkembangan. 

Selain motivasi yang dapat menstimulasi manusia untuk melakukan sesuatu, efikasi diri juga merupakan faktor penting di dalam diri manusia  untuk menentukan sikap. Efikasi diri ada keyakinan manusia mengenai kemampuannya untuk menghadapi berbagai persoalan yang dihadapinya. Bandura (1997) mengatakan efikasi diri pada dasarnya adalah hasil kognitif berupa keputusan, keyakinan dan pengharapan sejauh mana individu  memperkirakan  kempuannya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu untuk mencapai hasil yang di inginkan. Efikasi diri bukan persoalan mengenai kecakapan seseorang untuk melaksanakan tugas tetapi lebih di tekanan  kepada  keyakinan seseorang untuk merealisasikan sebuah tindakan.  Bisa atau tidakkah seseorang untuk menghadapi sebuah persoalan tergantung pada seberapa besar efikasi diri  yang ia miliki atau seberapa yakin dirinya untuk memecahkan persoalan-persoalan tertentu. Semakin besar keyakinannya maka semakin besar pula peluang seseorang untuk memecahkan berbagai situasi yang dihadapinya. Seseorang dengan daya efikasi diri yang rendah cenderung mudah menyerah dikala persoalan yang dihadapinya semakin rumit. begitupun sebaliknya, individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan tetap optimis menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapinya walaupun hanya sedikit peluang yang dimiliki, ia akan tetap bertahan demi tercapainya sebuah tujuan. Akan tetapi, efikasi diri tidak terkonstruksi begitu saja, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.  

Menurut bandura (1997) Efikasi diri dapat di bangun dan di pelajari melalui beberapa informasi utama. Yakni; 

1. Pengalaman keberhasilan 

Pengalaman keberhasilan merupakan tolak ukur pembentuk efikasi diri. Semakin banyak pengalaman keberhasilan yang dialami seseorang, maka semakin tinggi daya efikasi diri yang didapat dan akan membentuk menjadi karakter percaya diri. Seseorang yang banyak mengalami pengalaman keberhasilan akan lebih tangguh menghadapi berbagai persoalan dan menjadikan sebuah kegagalan sebagai media pembelajaran. 

2.  Pengalaman orang lain 

Keberhasilan orang lain juga menjadi sebuah informasi bagi seseorang untuk membentuk efikasi diri yang dimiliki. Artinya seseorang menjadikan  diri orang sebagai sebuah objek untuk mengukur kemampuannya dalam melaksanakan sebuah tugas. 

3. Persuasi visual 

Seseorang juga bisa di bangun efikasi dirinya melalui persuasi visual, yakni berubah arahan, nasihat, dan saran dengan mensugesti seseorang untuk melakukan sesuatu secara optimis. Akan tetapi persuasi visual kurang efektif dalam membangun efikasi diri seseorang karena tidak mendapatkan pengalaman langsung yang bersifat empiris. Seketika sugesti tersebut akan lenyap dengan sendirinya ketika seseorang menghadapi sebuah tekanan. 

4. Kondisi pisiologis

Kondisi pisiologis juga merupakan aspek penting dalam Epikasi diri. Ketika seseorang merasakan bahwa kondisi fisiknya tidak stabil dalam situasi tertentu dalam menghadapi sebuah persoalan maka hal tersebut merupakan insikasi bagi dirinya bahwa ia tidak siap menghadapi persoalan tersebut.  

Dari beberapa faktor pembentuk efikasi diri diatas dapat di simpulkan bahwa efikasi diri dapat di pelajari dan di bangun melalui berbagai informasi utama. Yakni; pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan kondisi fisiologis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curahan Hati Untuk Nahkoda Baru PMII UNZAH Genggong Probolinggo

Ruang Riung Mahasiswa pada Tempat Terbuka

PMII DAN KEPAKARAN KEILMUANNYA