Pendidikan Layaknya Bank

Foto ini diambil dari fokusjabar.com


Pendidikan di Negara ini telah banyak bergeser dari makna sejatinya, hakikatnya pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusi (Humanisme).

Dengan makna itu, tentu pendidikan harus menjadikan manusia menjadi manusiawi. Namun, realitas pendidikan kita hari ini telah terjerumus dengan nilai-nilai dehumanisasi. Esensi dari sejatinya manusia diciptakan untuk menjadi pelaku di muka bumi ini telah sedikit terkikis karena adanya pendidikan yang bersifat doktrinasi. Hanya dijadikan sebuah objek, tidak dibentuk menjadi subyek.

Manusia yang mengenali denagn kondisi sosial ataupun alam semesta sebagai objek yang real, harus mampu menjadi pelaku yang memandang secara kritis dengan sumber daya manusia yang memadai. Hal itu menjadi terbalik karena pendidikan tidak lagi melahirkan pelajar sebagai subyek tapi hanya dibentuk menjadi obyek.

Proses inilah yang terjadi pada pendidikan. Realisasi pendidikan mengarahkan seorang murid hanya dibentuk sebagai objek sehingga lupa dengan hakikat dirinya sebagai manusia yang sesungguhnya adalah subyek bagi kehidupan.

Realitas pendidikan yang mapan dengan fasilitas yang melimpah, justru menghilangkan akar dasar dari pendidikan untuk bagaimana seorang murid berbebturan langsung dengan kondisi sosial.

Dari penerapan itulah, murid dipandang hanya menjadi objek pasif yang seakan-akan tidak mempunyai isi pengetahuan di dalam otaknya. Hal itu dapat menumbuhkan imajinasi seolah pendidikan memang "bank", yang mana seorang murid diberikan bekal teori agar ia kelak mampu mampu memberikan hasil yang berlipat.


Dalam bahasa bank adalah investasi. Otak kosong seorang murid itu sebagai lumbung investasi atau penanaman modal pengetahuan yang diapandang akan mendapat keuntungan dimasa mendatang.

Model pendidikan yang seperti inilah menjadikan murid tidak lagi berpikir secara kritis tentang suatu kondisi sosial. Namun sebaliknya, sikap kritis itu terkikis dan sumber daya manusia masyarakat kita tidak meningkat.

Penerapan pendidikan yang seperti itu telah berlangsung lama, akibatnya tanpa disadari persoalan-persoalan sosial yang semakin kompleks terus terjadi di masyarakat tanpa ada yang peduli.

Oleh sebab itu, permasalahan ini akan terus berlanjut, jika kepedulian dan kesadaran kita bersama tidak dibangun untuk melihat secara jelas dampak besar dari pendidikan gaya bank ini. Sehingga model pendidikan itu betul-betul bersih tanpa kepentingan kekuasaan.

Penulis: Fathol Arifin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curahan Hati Untuk Nahkoda Baru PMII UNZAH Genggong Probolinggo

Ruang Riung Mahasiswa pada Tempat Terbuka

PMII DAN KEPAKARAN KEILMUANNYA